Setiap orang biasanya memiliki tokoh idola, panutan atau pahlawan dalam hidupnya namun sesungguhnya setiap orang –termasuk Anda dan saya- dapat menjadi tokoh idola, panutan atau pahlawan bagi orang lain. Yang paling dibutuhkan adalah hati yang tulus dan bersedia memberikan hal-hal positif bagi sesama.
Jika saat ini saya bertanya kepada Anda, “Siapa nama lima wanita peraih penghargaan Putri Indonesia selama lima tahun terakhir ini?” atau, “Siapa nama lima Miss Universe yang Anda tahu?”, atau “Siapa nama lima sutradara yang meraih Piala Oscar?” atau “Siapa nama lima tokoh dunia peraih Nobel Perdamaian dalam lima tahun terakhir ini?” Barangkali Anda akan berpikir dan mencoba mengingat nama mereka.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa mereka yang meraih penghargaan tersebut adalah orang-orang penting dan berprestasi. Singkatnya, mereka orang hebat. Tentu mereka tidak meraih penghargaan-penghargaan tersebut dengan mudah. Kita mungkin ingin bisa seperti mereka.
Namun, jika pertanyaannya saya ganti menjadi, “Siapa nama lima orang yang paling berpengaruh positif dalam hidup Anda?” hampir dapat dipastikan Anda akan menyebutkan nama mereka dengan lancar. Mungkin Anda akan membayangkan wajah mereka sambil tersenyum dan mengingat kebaikan mereka. Sebagian dari mereka barangkali telah berpulang atau sudah lama sekali tidak berjumpa dengan Anda.
Harus diakui secara jujur bahwa kebaikan -bukanlah prestasi- yang membuat seseorang akan senantiasa dikenang. Orang-orang yang memiliki pengaruh positif dalam hidup Anda ibarat pahlawan dalam hidup Anda. Mereka membantu Anda meraih banyak hal dalam hidup ini, baik secara langsung atau pun tidak langsung. Tanpa mereka, bisa jadi Anda tidak akan seperti hari ini.
Mereka bisa saja orang tua, saudara, pasangan hidup atau sahabat Anda. Bisa jadi ,pahlawan itu barangkali guru Anda atau mentor Anda. Saya selalu teringat kepada beberapa sahabat dan mentor saya yang selalu mendukung saya manakala begitu banyak pihak yang meragukan kemampuan saya untuk bisa mencapai banyak hal yang saya capai sekarang ini. “Jangan takut! Maju terus! Kami senantiasa mendoakanmu,” begitu kalimat-kalimat positif mereka yang selalu terekam indah dalam hati sanubari saya.
Yang menarik seringkali kehadiran para pahlawan ini bukanlah sesuatu yang istimewa bagi kita. Kita mungkin menganggapnya biasa-biasa saja sampai suatu ketika kita menyadari bahwa mereka adalah “mukjizat” yang mampir dalam hidup ini. Kalau boleh jujur, sudahkah Anda dan saya mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada mereka? Saat terbaik untuk menunjukkannya adalah saat ini. Jangan menunda sampai besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan atau pada hari ulang tahun mereka, karena bisa jadi waktu itu tidak akan pernah ada.
MENJADI BERARTI
Rick Warren mengingatkan jika Anda tidak melakukan hal-hal yang berarti dalam hidup Anda maka tidak ada artinya berapa lama usia hidup Anda di dunia ini. Bagaimana pun yang berarti adalah donasi (dan kontribusi Anda dalam hidup) dan bukannya durasi atau lamanya usia hidup Anda (if you aren’t doing anything with your life, it doesnt matter how long it is. Your donation, not duration, is what matters).
Senada dengan itu, pejuang hak asasi manusia Martin Luther King, Jr pernah dengan tegas menyatakan “Setiap orang bisa menjadi orang hebat karena setiap orang bisa melayani. Anda tidak harus memiliki ijazah perguruan tinggi untuk dapat melayani. Anda tidak perlu menimbang-nimbang dan memutuskan untuk melayani. Anda hanya perlu hati yang penuh belas kasihan. Jiwa yang lahir dari kasih.”
Kata-kata seperti mengasihi, melayani, memberikan kontribusi positif, dan sebagainya adalah wujud hati yang rela untuk memikirkan sekaligus melakukan sesuatu bagi sesama. Bukankah ini yang dilakukan oleh para pahlawan dalam hidup kita?
Menjadi pahlawan tidaklah selalu berkaitan dengan tindakan-tindakan yang heroik. Anda dan saya pun dapat menjadi pahlawan bagi orang-orang di sekitar kita, setiap waktu. Tidak perlu menunggu hari baik untuk melakukannya. Barangkali apa yang diutarakan oleh pengusaha kaos terkenal di Bali, Joger bisa menjadi bahan refleksi kita bersama. Suatu ketika Joger pernah membagikan kepada saya definisinya tentang kebaikan. Menurut Joger, kebaikan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok dasar.
Yang pertama adalah kebaikan tingkat dasar yaitu kebaikan yang “wajib” dimiliki oleh semua orang, tidak peduli orang apa, agama apa, dari mana, orang kaya maupun miskin. Semua orang yang mengaku dan ingin diakui sebagai orang baik, sudah seharusnyalah tidak bikin susah orang, dalam arti janganlah sampai bikin susah orang lain. “Tapi juga jangan sampai bikin susah diri kita sendiri, karena diri kita sendiri kan juga orang, bukan orong-orong,” sambungnya.
Kebaikan tingkat dua adalah kebaikan orang “kaya” yang sebaiknya kita lakukan hanya setelah kita berhasil memiliki dan mengamalkan kebaikan tingkat dasar, dalam arti setelah benar-benar tidak susah lagi, berkecukupan dan sudah tidak bikin susah orang lain lagi, atau sudah senang dan masih punya kelebihan sesuatu yang maslahat (waktu, tenaga, pikiran maupun dana) manfaatkanlah kelebihan milik kita itu untuk membantu pihak-pihak yang pantas, perlu dan mau menerima bantuan dari kita secara wajar (tidak kurang ajar).
Selanjutnya, kebaikan tingkat tiga alias kebaikan tingkat “orang suci” adalah kebaikan tanpa syarat, di mana seseorang bersedia mengorbankan dirinya sendiri (jiwa raga maupun harta) demi orang lain. Bersedia susah, hancur, miskin, sakit atau bahkan mati demi kesenangan, pertumbuhan, kemakmuran, kesembuhan, kejayaan dan kehidupan pihak lain.
“Bagi saya kebaikan tingkat tiga ini adalah kebaikan yang agak terlalu tinggi, sehingga belum pantas dan juga belum perlu kita dukung, tapi juga tidak berhak kita larang-larang atau halang-halangi,” ujar Joger.
Selamat menjadi pahlawan! Selamat menjadi orang baik!
Sumber : Paulus Winarto